Nasruddin pulang malam bersama teman-temannya. Di pintu rumah mereka berpisah. Di dalam rumah, istri Nasruddin sudah menanti dengan marah. "Aku telah bersusah payah memasak untukmu sore tadi !" Katanya sambil menjewer Nasruddin. Karena kuatnya, Nasruddin terpelanting dan jatuh menabrak peti.
Mendengar suara gaduh, teman-teman Nasruddin yang belum terlalu jauh kembali, dan bertanya dari balik pintu,
"Ada apa Nasruddin, malam-malam begini ribut sekali?"
"Jubahku jatuh dan menabrak peti," jawab Nasruddin.
"Jubah jatuh saja ribut sekali ?"
"Tentu saja," kata Nasruddin, "Karena aku masih berada di dalamnya."
02.GAYA NASRUDDIN KETIKA DIRAMPOK
Suatu malam seorang pencuri memasuki rumah Nasruddin. Kabetulan Nasruddin melihatnya. Karena ia sedang sendirian saja dan ketakutan, Nasruddin cepat-cepat bersembunyi di dalam peti. Sementara itu pencuri memulai aksi menggeledah rumah. Sekian lama kemudian, pencuri belum menemukan sesuatu yang berharga. Akhirnya ia membuka peti besar, dan memergoki Nasruddin yang bersembunyi di dalamnya.
"Aha!" kata si pencuri, "Apa yang sedang kau lakukan di sini ?"
"Aku malu, karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil. Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini."
03.TERGANTUNG ADA ATAU TIDAKNYA
Setelah bepergian jauh, Nasruddin tiba kembali di rumah. Istrinya menyambut dengan gembira,
"Aku punya sepotong keju untukmu," kata istrinya.
"Alhamdulillah," puji Nasruddin, "Aku suka keju. Keju itu baik untuk kesehatan perut."
Tidak lama Nasruddin kembali pergi. Ketika ia kembali, istrinya menyambutnya dengan gembira juga.
"Adakah keju untukku ?" tanya Nasruddin.
"Tidak ada lagi," kata istrinya.
Kata Nasruddin, "Yah, tidak apa-apa. Lagipula keju itu tidak baik bagi kesehatan gigi."
"Jadi mana yang benar ?" kata istri Nasruddin bertanya-tanya, "Keju itu baik untuk perut atau tidak baik untuk gigi ?"
"Itu tergantung," sambut Nasruddin, "Tergantung apakah kejunya ada atau tidak."
04.KUDA INI TIDAK MENGATAKANNYA PADAKU
Keledai Nasruddin sedang jatuh sakit. Untuk keperluan transportasi kegiatannya sehari-hari, ia meminjam seekor kuda kepada tetangganya. Kuda itu besar dan kuat serta kencang larinya. Begitu Nasruddin menaikinya, ia langsung melesat secepat kilat, sementara Nasruddin berpegangan diatasnya, ketakutan. Nasruddin mencoba membelokkan arah kuda. Tapi sia-sia. Kuda itu lari lebih kencang lagi. Beberapa teman Nasruddin sedang bekerja di ladang ketika melihat Nasruddin melaju kencang di atas kuda. Mengira sedang ada sesuatu yang penting, mereka berteriak,
"Ada apa Nasruddin ? Ke mana engkau ? Mengapa terburu-buru ?"
Nasruddin balas berteriak, "Saya tidak tahu ! Binatang ini tidak mengatakannya kepadaku !"
05.BAGAIMANA CARA MEMBEDAKANNYA?
Seorang tetangga Nasruddin telah lama bepergian ke negeri jauh. Ketika pulang, ia menceritakan pengalaman-pengalamannya yang aneh di negeri orang.
"Kau tahu," katanya pada Nasruddin, "Ada sebuah negeri yang aneh. Di sana udaranya panas bukan main sehingga tak seorangpun yang mau memakai pakaian, baik lelaki maupun perempuan."
Nasruddin senang dengan lelucon itu. Katanya, "Kalau begitu, bagaimana cara kita membedakan mana orang yang lelaki dan mana yang perempuan?"
06.BUKAN BEGITU MAKSUDKU
Seorang pemuda baru saja mewarisi kekayaan orang tuanya. Ia langsung terkenal sebagai orang kaya, dan banyak orang yang menjadi kawannya. Namun karena ia tidak cakap mengelola, tidak lama kemudian seluruh uangnya habis. Satu per satu kawan-kawannya pun menjauhinya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatang kara, ia mendatangi Nasruddin.
"Uang saya sudah habis, dan kawan-kawan saya meninggalkan saya. Apa yang harus saya lakukan?" keluh pemuda itu.
"Jangan khawatir," jawab Nasruddin, "Segalanya akan normal kembali. Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan kembali tenang dan bahagia."
Pemuda itu gembira bukan main.
"Jadi saya akan segera kembali kaya?"
"Bukan begitu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau akan terbiasa menjadi orang yang miskin dan tidak mempunyai teman."
07.HAI, BAJU ! MAKANLAH SEPUAS-PUASMU !
Nasruddin menghadiri sebuah pesta. Tetapi karena hanya memakai pakaian yang tua dan jelek, tidak ada seorang pun yang menyambutnya. Dengan kecewa Nasruddin pulang kembali.
Namun tak lama, Nasruddin kembali dengan memakai pakaian yang baru dan indah. Kali ini Tuan rumah menyambutnya dengan ramah. Ia diberi tempat duduk dan memperoleh hidangan seperti tamu-tamu lainnya.
Tetapi Nasruddin segera melepaskan baju itu di atas hidangan dan berseru, "Hei baju baru, makanlah ! Makanlah sepuas-puasmu!"
Ia memberikan alasan "Ketika aku datang dengan baju yang tadi, tidak ada seorang pun yang memberi aku makan. Tapi waktu aku kembali dengan baju yang ini, aku mendapatkan tempat yang bagus dan makanan yang enak. Tentu saja ini hak bajuku. Bukan untukku."
08.NANTI KANTONG BAJUNYA HAUS
Nasruddin menghadiri sebuah pesta pernikahan. Dilihatnya seorang sahabatnya sedang asyik makan. Namun, di samping makan sebanyak-banyaknya, ia sibuk pula mengisi kantong bajunya dengan makanan. Melihat kerakusan sahabatnya, Nasruddin mengambil teko berisi air. Diam-diam, diisinya kantong baju sahabatnya dengan air. Tentu saja sahabatnya itu terkejut, dan berteriak,
"Hai Nasruddin, gilakah kau ? Masa kantongku kau tuangi air!"
"Maaf, aku tidak bermaksud buruk, sahabat," jawab Nasruddin, "Karena tadi kulihat betapa banyak makanan ditelan oleh kantongmu, maka aku khawatir dia akan haus. Karena itu kuberi minum secukupnya."
09.UMUR NASRUDDIN YANG "KONSISTEN"
"Berapa umurmu, Nasruddin ?"
"Empat puluh tahun."
"Tapi beberapa tahun yang lalu, kau menyebut angka yang sama."
"Aku konsisten."
10.DALAM BAHASA KURDI TAK ADA KATA UNTUK 'SOP DINGIN'
Tetangga Nasruddin ingin belajar bahasa Kurdi. Maka ia minta diajari Nasruddin. Sebetulnya Nasruddin juga belum bisa bahasa Kurdi selain beberapa patah kata. Tapi karena tetangganya memaksa, ia pun akhirnya bersedia.
"Kita mulai dengan sop panas. Dalam bahasa Kurdi, itu namanya Aash."
"Bagaimana dengan sop dingin ?"
"Hemm. Perlu diketahui bahwa orang Kurdi tidak pernah membiarkan sop jadi dingin. Jadi engkau tidak akan pernah mengatakan sop dingin dalam bahasa Kurdi."
11.KEBENARAN ITU MAKIN LANGKA DAN MAHAL
Seperti biasanya, Nasruddin memberikan pengajaran di mimbar. "Kebenaran," ujarnya, "adalah sesuatu yang berharga. Bukan hanya secara spiritual, tetapi juga memiliki harga material."
Seorang murid bertanya, "Tapi mengapa kita harus membayar untuk sebuah kebenaran ? Kadang-kadang mahal pula ?"
"Kalau engkau perhatikan," sahut Nasruddin, "Harga sesuatu itu dipengaruhi juga oleh kelangkaannya. Makin langka sesuatu itu, makin mahal Ia."